Cinta adalah kata yang akrab di telinga kita. Kita lahir berkat adanya cinta dari kedua orang tua kita, sehingga dapat dikatakan bahwa mulai dari lahir hingga meninggal dunia, cinta selalu berada dalam lingkaran hidup kita. Kita tumbuh dan berkembang juga atas berkat adanya cinta. Banyak atau sedikit cinta yang dialami oleh seseorang adalah persoalan lain. Yang jelas hidup manusia tidak lepas dari cinta.

Lalu apa itu cinta? Cinta seperti apa yang diinginkan oleh Manusia? Apakah cinta hanya sebatas hubungan antara pria dan wanita baik dalam hubungan pacarana atau pernikahan saja?

Dalam bahasa Yunani, ada tiga kata yang digunakan dalam penyebutan cinta, yakni; eros, philia dan agape. Eros merupakan cinta seksual yang didasari oleh nafsu berahi. Dalam eros seseorang tidak dianggap sebagi subyek yang bebas layaknya manusia, melainkan seseorang dianggap sebagi obyek layaknya benda mati yang tidak dapat berbuat suatu apapun. Dengan kata lain, cinta ini terarah pada diri sendiri. Orang lain dilihat bukan karena pribadi melainkan didasarkan pada jenis kelamin semata sehingga satu-satunya yang ada hanyalah nafsu ‘ego’.

 

Sumber: wikipedia.id

Philia merupakan cinta persahabatan. Berbeda dengan eros yang tidak menganggap seseorang hanyalah suatu obyek benda mati, cinta philia bersifat relasional dengan memandang orang lain sebagai pribadi yang memiliki keunikan dan kualitas tersendiri seperti; cantic, lembut, pengertian dan sebagainya. Cinta philia tidak dibatasi oleh jenis kelamin semata, melainkan terbuka pada semua baik pria maupun wanita.

 

Sumber: wikipedia.id

Kita sebagai mahkluk yang berakal tentu tidak ingin jika hanya memiliki cinta dalam level eros saja. Kita pasti memiliki keinginan dan mampu untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi. Karena itu, usaha dalam melatih diri sangat dibutuhkan untuk sampai pada kedalaman jiwa. Pemikiran-pemikiran positif tentang orang lain yang tidak hanya melihat fisik semata akan sangat membantu dalam usaha memurnikan eros dan philia sehingga menjadi agape.

Refleksi mendalam tentang nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan pasti sangat membantu agar dapat melihat orang lain sebagai bagian dari diri kita sendiri. Hal ini dapat menjadi kenyataan apabila kita mulai membangun penghargaan terhadap orang lain di dalam diri, sehingga kita tidak menjadikan diri sendiri sebagai obyek eros, baik oleh diri sendiri apalagi orang lain. (Naufal)