Semenjak Virus Corona datang menghampiri akhir tahun 2019 hingga kini, sebagian besar masyarakat masih merasakan ketakutan, kebingungan, dan perasaan negatif lainnya. Virus Corona yang berasal dari Kota Wuhan, China merupakan virus jenis baru dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Virus Corona jenis baru ini diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dengan penyakitnya dikenal dengan nama Coronavirus Disease-2019 (Covid-19), yang menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru berat, hingga kematian. Virus ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari anak kecil, ibu hamil, hingga lansia. Penyakit Covid-19 diyakini oleh para ahli kesehatan tidak begitu tinggi tingkat persentase kematiannya dari pada virus lain seperti SARS dan MERS, namun menjadi sangat berbahaya karena tingkat penyebarannya yang sangat mudah dan cepat dibandingkan virus lainnya. Hampir seluruh negara di dunia turut menjadi korban dari penyebaran Covid-19, dengan jumlah kasus per-1 Juli 2020 telah mencapai sebanyak 10.583.878 orang.

Covid-19 bukan hanya menjadi masalah kesehatan, namun juga menyerang berbagai sektor kehidupan masyarakat dunia. Permasalahan kesehatan menjadi hal utama yang diutamakan penanganannya, guna dapat menangani permasalahan lain yang membuntuti. Covid-19 turut mengubah struktur sosial masyarakat, karena turut mengacaukan tatanan perekonomian. Seperti dalam salah satu artikel berita Tirto.id (10/07/2020) menyebutkan bahwa perilaku sosial masyarakat berubah, begitu pun kohesi sosial, cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom) turut beradaptasi di tengah kondisi pandemi ini. Penekanan laju penyebaran virus sejauh ini dilakukan dengan melakukan pembatasan sosial. Namun, pembatasan sosial yang dianjurkan pemerintah telah memaksa sebagian masyarakat berada di rumah saja, menyimpan permasalahan dalam hal ekonomi sosial masyarakat. Banyak pihak merasa dirugikan dengan dilakukannya pembatasan sosial.

Telah berbulan-bulan kita dipaksa untuk berdiam diri di rumah sebagai bentuk pembatasan sosial, mencegah penyebaran yang makin meluas. Interaksi dilakukan sebagian besar secara daring dengan bantuan teknologi internet. Kegiatan seperti saling sapa, mengobrol, belajar, bekerja, kegiatan hiburan seperti penyelenggaraan konser, dan seminar dilakukan dari rumah masing-masing. Masyarakat yang masih dibuat kebingungan dengan ketidakpastian kapan semua permasalahan kesehatan ini dapat berakhir, mulai menganggap enteng hingga menjadi apatis dan sudah melakukan banyak kegiatan di luar secara bebas. Karena itulah pemerintah di banyak negara telah mengusung konsep hidup darurat pandemi dengan menerapkan tatanan kehidupan normal baru atau new normal sebagai jawaban alternatif dari kondisi ini.

Kenormalan baru atau new normal adalah transformasi perilaku hidup masyarakat dalam menjalankan aktivitas normal, namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Di Indonesia sendiri masih banyak terjadi polemik terkait kebijakan diterapkannya tatanan kenormalan baru atau new normal. Pasalnya, banyak pihak seperti ahli kesehatan yang merasa pelaksanaan new normal akan meningkatkan jumlah kasus. Hal ini dikarenakan masih banyaknya pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan masyarakat ketika melakukan kegiatan di luar rumah. Kebijakan terkait protokol kesehatan yang dimaksud pemerintah di sini adalah berupa kewajiban dalam mengenakan masker di tempat umum, menjaga jarak aman, rajin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, hindari menyentuh wajah, menerapkan etika batuk dan bersin, isolasi mandiri, dan menjaga kesehatan fisik dengan penerapan pola hidup sehat.

Masyarakat dalam memasuki tatanan kehidupan normal baru dituntut untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Peran pemerintah sangatlah penting sebagai aktor utama dalam penanganan masalah pandemi, namun kedisiplinan masyarakat juga turut menjadi kunci suksesnya penerapan kenormalan baru. Langkah-langkah tepat dan terencana patut dipertimbangkan dalam meninjau pelaksanaan kenormalan baru di negara kita, mengingat kurva laju kasus sampai saat ini masih belum melandai.  Bimbingan dari pemerintah melalui setiap kebijakannya sangat diharapkan masyarakat menjadi penyelamat. Kerentanan sosial yang terjadi di masyarakat diharapkan dapat berangsur membaik dengan mulai dibukanya kembali berbagai sektor yang sebelumnya ditutup. Jangan sampai penerapan tatanan kenormalan baru atau new normal akan berbalik menjadi pisau yang menambah peliknya bencana. Tatanan kenormalan baru diingatkan bukan sebagai euforia, namun lebih kepada pembaharuan adaptasi yang harus disiplin dilakukan.

Terapkan protokol kesehatan yang dianjurkan di mana pun kita berada, termasuk ketika akan berbelanja ke Koperasi “Kopma UGM”. Selalu memakai masker dan bawa hand sanitizer kalian ke mana pun kalian pergi. Jaga jarak aman juga penting. Tidak apa aku dan kamu berjarak secara fisik karena Covid-19, asalkan batin kita selalu dekat. Seperti kata Pak Jokowi dalam pidatonya kemarin “Perasaan kita harus sama” dalam memerangi Covid-19, agar bencana pamdemi segera berlalu. Ke depannya tetap disiplin dan patuhi anjuran kebijakan pemerintah, hingga vaksin atau obat untuk penyakit Covid-19 berhasil ditemukan, dan bisa didapatkan di rumah sakit terdekat. Untuk itu, aku, kamu dan kita semua harus tetap optimis dan yakin dapat melewati ini ke depannya.

 

Sumber foto: Inisiatifnews.com

(Ayu Pratiwi)

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.