Kesejahteraan anggota adalah prioritas utama sebuah koperasi. Bagi Koperasi “Kopma UGM” menjunjung kesejahteraan anggota dimanifestasikan dengan pemberian “modal jangka panjang” yakni softskill dan pengalaman. Sebagai satu-satunya UKM Kewirausahaan di UGM, Koperasi “Kopma UGM” hadir untuk menjadi inkubator para calon wirausahawan, mencetak kader entrepeneur muda yang berjiwa koperasi. Salah satu program yang mendukung tujuan tersebut adalah penyediaan fasilitas wirausaha kepada anggota.

Ada banyak keuntungan menjadi anggota Koperasi “Kopma UGM”, salah satunya koperasi mahasiswa ini memprioritaskan anggota untuk diberi fasilitas yang akan mendukung usaha mereka. Anggota diberi tempat khusus untuk menjalankan bisnis di samping Swalayan Kopma UGM. Tempat tersebut cukup strategis mengingat luasnya pasar di lingkungan kampus. Lingkungan pun cukup kondusif untuk mendukung perkembangan usaha mahasiswa.

Salah satu usaha anggota yang sudah berjalan lama dengan program ini adalah konter “Dodolan Compucell” yang dimiliki oleh empat anggota Koperasi “Kopma UGM” yakni Anindityo Dwi Prakoso, Akhmad Mudaqir, Andri Aria Langga dan Iqbal Ragha. Bertempat di sisi utara swalayan, Dodolan tidak hanya menyediakan kartu paket data tetapi juga melayani COD dan menjual handphone dan PC dan aksesorisnya. Uniknya, saat membangun usaha tersebut, empat pemiliknya menerapkan sistem koperasi. Keempatnya sudah berpengalaman menjadi pengurus dan staf Koperasi “Kopma UGM” dan ingin mencoba mengamalkan ilmu yang telah didapat. Alhasil, usaha mereka terus berkembang hingga satu tahun lebih sejak didirikan. “pemahaman koperasi diperlukan untuk anggota yang ingin berwirausaha karena ia bersanding dengan koperasi. Nilai-nilai koperasi bagus untuk diterapkan dalam wirausaha, misalnya nilai menolong diri sendiri sehingga mati hidup usahanya tergantung dirinya sendiri,” demikian penuturan Anindityo. Menurutnya, program kewirausahaan yang diinisiasi PSDA sangat baik untuk menumbuhkan semangat berwirausaha. Hanya tinggal tekad dan komitmen dari anggota untuk benar-benar memanfaatkan kesempatan ini. “Manfaatkanlah Kopma, manfaatkan fasilitas yang sudah disediakan untuk anggota.”

Mengikuti jejak Dodolan, Singgih Rady pun memberanikan diri membuka stand takoyaki di space berjualan anggota Kopma. Meski terhitung baru menjadi anggota, namun Singgih menganggap program ini kesempatan emasnya untuk mengembangkan usaha yang telah ia jalankan sejak lama. Shinji Takoyaki sudah cukup lama beroperasi di pasar mingguan Sunday Morning di kawasan lembah UGM, namun belum mendapat tempat untuk berjualan dalam jangka panjang. Singgih menuturkan, Kopma sangat membantu mendorong wirausahawan muda sepertinya dengan memberikan fasilitas dan dukungan. Prospek pasar di sekitar swalayan Kopma cukup besar, bagi hasilnya pun hanya 30% dari keuntungan bersih dan lingkungan usahanya sangat mendukung bagi wirausaha pemula. Sifat koperasi yang kekeluargaan memudahkan anggota untuk membuka bisnis. Memulai usaha kuliner memiliki kesulitan tersendiri sehingga ia harus terus berinovasi terutama di bidang promosi dan pengendalian kualitas bahan dan rasa. Ilmu kewirausahaan yang ia dapat termasuk saat Diksar berusaha ia terapkan. Singgih menambahkan pelatihan wirausaha di Koperasi “Kopma UGM” sudah baik namun butuh peningkatan. Pemateri pelatihan harus dapat menjadi “role model” yang dapat membentuk mindset anggota agar mau terjun berbisnis. Sesekali Kopma perlu mengundang pemateri yang benar-benar telah menjadi pebisnis berpengalaman. Namun niat dan tekad harus berasal dari diri sendiri. “Gak perlu lah banyak bertanya bagaimana bisa menjalankan bisnis, yang penting ide yang di otak anda laksanakan sekarang,” ujarnya.