Media sosial, sudah bukan perihal asing bagi sebagian besar kelompok masyarakat di dunia. Beragam platform aplikasi media sosial bermunculan, menawarkan beragam kelebihan untuk menarik publik agar turut mengunduh dan menikmatinya. Menurut data dari We Are Social tahun 2019, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 150 juta orang. Hal ini berarti, bahwa sekitar 57% dari seluruh penduduk Indonesia sudah menggunakan media sosial. Media sosial rujukan yang paling sering di akses adalah, Youtube, Instagram, Twitter, WhatsApp, Line, Facebook, dengan pelengkap terbaru, yaitu hadirnya TikTok.
TikTok, siapa sih yang tidak mengenalnya? Sebagai aplikasi yang terhitung baru, TikTok telah berhasil menarik perhatian masyarakat dunia, dan juga Indonesia. TikTok merupakan jaringan sosial dan platform video musik asal Tiongkok yang diluncurkan pertama kali pada September 2016. TikTok mulai masuk dan populer di Indonesia sejak tahun 2017, dengan 150 juta pengguna. Pada Juni 2018, TikTok bahkan dinobatkan sebagai salah satu aplikasi terfavorit di Play Store. Sempat menuai kontroversi di tahun yang sama, TikTok dikecam sejumlah publik, karena dianggap membawa dampak negatif untuk para penggunannya, terutama anak-anak. Setelah dua tahun seakan hilang, TikTok tidak disangka-sangka, kembali meramaikan perbincangan jagat maya dia awal tahun 2020.
Kemunculan awalnya yang mendapat label “aplikasi anak alay”, kini malah merambah banyak kalangan. TikTok sebenarnya tidak bisa dikategorikan secara langsung ke dalam kelompok media sosial, karena merupakan content distribution platform dalam bentuk short video, sehinggajumlah followers tidak terlalu penting dan menjadi tolak ukur. Kembali booming-nya TikTok disinyalir karena pengembangan inovasi yang dilakukan pihak TikTok Indonesia sendiri. Menurut Didit Putra Erlangga, Social Media Manager Kompas Media Nusantara, yang dilansir dari laman tekno.kompas.com, ada beberapa momen yang mendorong TikTok ramai digunakan. Seperti video TikTok yang jenaka atau yang diunggah oleh tokoh kenamaan Indonesia, seperti Gisella Anastasia, Dian Sastrowardoyo, hingga Sandiaga Uno.
Adanya momen setelah dibukanya kembali TikTok dari masa pemblokiran, membuat tidak sedikit orang mencari sumber video serupa dan mengunggahnya ke platform lain, seperti Instagram dan Twitter. Fitur share dan ciri khas watermark berupa username yang dimiliki TikTok juga mendorong semakin membuminya TikTok di kalangan digital native. TikTok menawarkan sederet fitur untuk menunjang proses pembuatan konten-konten kreatif, seperti tambahan musik, voice changer function, stiker dan effect, filter, timer, serta beautify. Selain itu fitur terbaru yang disedikan TikTok adalah berkaitan dengan penyediaan space iklan, yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna.
Dengan lebih dari 500 juta pengguna aktif di seluruh dunia, ada sejumlah peluang yang dihadirkan oleh TikTok. Tidak hanya dinikmati sebagai platform hiburan, para pengguna dapat memanfaatkan TikTok untuk keperluan bisnis. Platform multifungsi ini memiliki popularitas melampaui Twitter dan Snapchat, yang kemudian menarik Gen Z, sebagai pengguna terbesarnya. Aplikasi TikTok jika dimanfaatkan untuk media promosi sangat mungkin dilakukan mengingat digitalisasi telah menyentuh hampir seluruh lini kehidupan masyarakat. Menawarkan fitur editing dan sharing video berdurasi minimal 15 detik dengan filter, efek dan musik, sudah cukup mengguncang dunia pemasaran model kuno. Telah banyak pihak yang mencoba memanfaatkan TikTok sebagai media beriklan, karena potensi keunikan dan inovasi yang dinilai lebih relatable (relevan).
Fitur baru dari TikTok yang mendukung proses bernisnis pengguna adalah dikenalkannya TikTok for Business. Fitur ini membantu perusahaan menceritakan merek atau brand produknya dalam cara yang lebih kreatif dan menarik. Dengan fitur ini, pebisnis akan lebih mudah memanfaatkan peluang unik berinteraksi dengan pengguna. Beberapa manfaat yang akan didapatkan pebisnis, di antaranya seperti dalam hal skala dan kreativitas. TikTok yang berbasis hiburan, dapat menawarkan alat bagi pengguna dan brand untuk menceritakan kisah mereka. Kemudian dalam perihal penampilan, gerakan, dan suara, TikTok memiliki peluang efek suara, musik, voice-over, reaksi dan masih banyak lagi. Adanya komunitas inklusif dan partisipatif juga mendukung peluang orisinal pemasaran melalui komunitas di TikTok. Sebagai platform terbuka, TikTok memberikan siapapun atau merek apapun ditemukan pengguna. Karena menawarkan fitur mudah dan sederhana secara pengaplikasian, bukan tidak mungkin sebuah brand diberikan kesempatan mengubah cara pemasaran tradisionalnya menjadi bentuk digital, pertama kali lewat TikTok.
TikTok yang pada awal kemunculannya banyak menuai perbincangan negatif, sekarang telah bersahat dengan khalayak maya. Banyak hal bermanfaat yang sangat mungkin difasilitasi TikTok. Sekarang, lebih kepada perihal bagaimana kita sebagai pengguna menggunakan dan memanfaatkan sebuah platform atau aplikasi menjadi lebih berguna dari apa yang ditawarkannya. Melihat peluang dan menjadikannya lebih multiguna bukan sekadar seruan hiburan.
Sumber foto: OndeOndeStudio
(ayu pratiwi)