Setiap wilayah tentu memiliki keunikan dan kekhasannya masing-masing, tak terkecuali dengan kota yang mendapat julukan Kota Pelajar ini. Jika kota Madura terkenal dengan satenya, maka Yogyakarta terkenal dengan gudegnya. Jika Aceh terkenal dengan kopi gayonya, maka Yogyakarta terkenal dengan kopi arang yang diperdagangkan di sekita Stasiun Tugu, dan masih banyak lagi hal lainnya. Artikel kali ini akan membahas kekhasan kuliner yang menjadi ciri unik Kota Pelajar.

Gudeg, nama makanan yang satu ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga para pembaca sekalian. Bahkan mungkin saja gudeg menjadi salah satu makanan favorit yang tersedia hampir setiap hari. Makanan yang memiliki cita rasa manis ini adalah salah satu kebanggaan Kota Yogyakarta. Di Yogyakarta sendiri dapat ditemukan lima varian gudeg yang tentunya menarik untuk dicicipi. Yang pertama adalah gudeg basah, gudeg yang dilengkapi dengan kuah dari areh yang kental ini menghadirkan nuansa basah. Yang kedua adalah gudeg kering yang merupakan salah satu varian gudeg yang cukup terkenal di seantero kota. Yang ketiga, gudeg manggar. Gudeg jenis ini tidak begitu banyak ditemukan, namun tetap eksis di beberapa sudut kota Yogyakarta. Gudeg jenis ini memiliki ciri khas, yaitu tambahan berupa manggar atau bunga pohon kelapa yang masih muda. Dua varian gudeg lainnya adalah gudeg mercon dan gudeg ceker.

Sejarah singkat gudeg dapat ditelaah balik menuju abad ke-16. Para prajurit yang kelelahan di Hutan Mataram memasak nangka muda dan santan dalam sebuah wadah yang besar. Adonan itu diaduk menggunakan sebuah dayung besar. Pada mulanya nama gudeg adalah hangudek yang berarti mengaduk. Awalnya gudeg hanya populer di kalangan tentara saja, namun lambat laun jenis makanan ini tersebar luas di masyarakat karena rasanya yang manis. Sampai saat ini orang Jogja sering disebut sebagai pecinta makanan manis, hal ini tidak lain tidak bukan karena gudeg adalah makanan yang sering mereka konsumsi sejak kecil. Saat ini gudeg masih eksis di seluruh penjuru kota Yogyakarta. Bahkan, saking melegendanya gudeg, Kota Yogyakarta sering juga disebut sebagai Kota Gudeg.

Diantara beberapa penjual gudeg yang legendaris di Yogyakarta adalah Gudeg Yu Djum, Gudeg Mbah Lindu (yang disebut sebagai gudeg tertua di Yogyakarta), dan Gudeg Mercon Bu Tinah. Tentunya masih banyak lagi warung-warung yang menawarkan gudeg dengan cita rasa khasnya masing-masing di seluruh sudut Kota Gudeg ini.

Bulat, lembut, manis, dan menjadi buruan orang-orang yang berkunjung ke Kota Yogyakarta, ya, itulah bakpia. Bakpia adalah sejenis kue berbentuk bulat kecil berisikan kacang hijau. Makanan ini dapat dijumpai hampir di setiap toko oleh-oleh khas Yogyakarta. Bakpia Yogyakarta memiliki varian rasa yang sangat beragam, mulai dari cokelat, kopi, kacang hijau, ketela ungu, durian, keju, dan seterusnya.

Jika ditinjau dari sisi sejarah, bakpia pertama kali ditemukan pada tahun 1940, ketika seorang China bernama Kwik Sun Kwok menyewa sebidang tanah dan membuat kue berisikan daging babi dan menggunakan minyak babi. Lama kelamaan bakpia diubah dengan menggunakan tepung terigu dan isian kacang hijau berikut gula. Sejak saat itu, bakpia mulai terkenal di Yogyakarta. Salah satu merk bakpia paling terkenal saat ini adalah Bakpia Pathuk. Pernahkah para pembaca penasaran mengapa penomoran toko bakpia itu seperti tidak beraturan? Di ujung jalan ditemukan nomor 75, di bagian tengah terdapat nomor 25 dan seterusnya. Hal ini lantaran para pedagang dahulu masih belum memahami bagaimana cara pemasaran yang baik sehingga mereka mengambil nomor-nomor tersebut dari nomor rumah mereka.

Saat ini, bakpia tersebar di seluruh wilayah Yogyakarta. Hampir setiap toko oleh-oleh menyediakan makanan khas Yogyakarta ini. Rasanya juga kurang afdal apabila kita berkunjung ke Yogyakarta namun tidak membeli bakpia sebagai oleh-olehnya. Di Yogyakarta sendiri terdapat beberapa toko bakpia yang direkomendasika, seperti Bakpia Pathuk, Bakpia Glagahsari, dan Bakpia Kurniasari.

Selain beragam jenis makanan unik, Kota Pelajar juga memiliki segudang minuman yang khas dan patut dicoba jika berkunjung ke Yogyakarta. Rasanya ada yang kurang jika menyambangi Yogyakarta, namun tidak mencicipi hangatnya wedang ronde atau nyentriknya kopi arang.

Wedang ronde adalah minuman khas kota Yogyakarta. Biasanya, minuman ini akan dijual di tempat-tempat bersuhu dingin, seperti di puncak bukit atau lereng gunung. Wedang ronde biasanya dijual oleh para pedagang dengan gerobak, di angkringan-angkringan ataupun dijajakan dengan berkeliling. Minuman ini memiliki rasa hangat karena bahan jahe yang terdapat di dalamnya. Selain itu, salah satu keunikan wedang ronde adalah adanya kue berwarna-warni bulat yang kenyal dan berisikan kacang tanah di tengah minuman.

Ronde sendiri berasal dari bahasa Belanda “rond” yang bermakna bulat, kemudian ditambahi imbuhan “dje” sebagai penanda jamak, sehingga disebut “rondje”. Namun karena lidah orang Indonesia, maka lama-kelamaan namanya berubah menjadi wedang ronde. Minuman ini paling banyak ditemukan di Kota Yogyakarta dan Semarang. Jika Kopmania berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa untuk setidaknya mencicipinya.

Jika dunia internasional sudah mengenal sate ayam dalam bidang makanan, maka kopi aranglah yang menjadi wakil dari minuman-minuman Indonesia. Dari namanya saja, kopi ini pasti terkesan nyeleneh di pikiran para pembaca. Bagaimana mungkin, arang, yang merupakan bahan bakar dicampurkan pada suatu minuman? Namun nyatanya,  kopi ini ada dan bahkan sudah mendunia. Bagi dunia luar, kopi ini dikenal dengan nama the charcoal coffee, sedangkan di Yogyakarta sendiri, selain kopi arang, kopi ini dikenal dengan nama kopi joss.

Kopi ini ditawarkan di warung-warung yang berlokasi di sekitar Stasiun Tugu Yogyakarta dengan harga yang relatif murah, yaitu Rp. 5.000,00. Kopi ini dibuat langsung oleh penjualnya dari biji kopi pilihan yang didatangkan dari wilayah Klaten, Jawa Tengah. Kopi yang telah diseduh kemudian diberikan arang yang telah dibersihkan dan masih menyala pada bagian atas kopi. Usut punya usut, arang yang dipergunakan memiliki manfaat untuk mengikat racun. Arang ini adalah jenis arang yang terbuat dari kayu sambi. Nah, jangan lupa untuk mencobanya ya Kopmania!

Yogyakarta menyimpan beragam kuliner yang menarik untuk dibahas dan dicoba. Empat contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari khazanah perkulineran Yogyakarta. Hal ini perlu dilestarikan karena berfungsi sebagai identitas khas Yogyakarta. Salah satu cara membantu pelestariannya adalah dengan membelinya dari para pedagang, menuliskan reviewnya di internet, dan berbagai hal lainnya. Panjang hidup cita rasa khas Indonesia!

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.