Untuk Apa #DiRumahAja?

Fenomena pergantian tahun umumnya membawa kebahagiaan bagi setiap insan. Ibarat sebuah buku perjalanan, pada lembar-lembar penghabisan biasanya akan tertulis harapan-harapan dan evaluasi terhadap apa yang sudah dilaluinya. Semua orang disibukkan dengan daftar rencana yang mereka susun untuk menyambut tahun baru. Kalimat-kalimat pengharapan memaknai doa untuk memastikan mereka siap membuka lembaran baru yang lebih baik. Namun, apalah yang terjadi dengan awal tahun 2020. Semesta rupanya sudah menyiapkan rencana lain yang bertentangan dengan skenario manusia. Pada 11 Februari 2020, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan adanya virus Corona jenis baru yang dinamai COVID-19 sebagai pandemi global. Kabar mengenai virus yang berasal dari Wuhan, China tersebut memang sudah terdengar sayup-sayup di akhir tahun, tetapi masih menyerang beberapa negara sekitarnya. Kini, pandemi tersebut telah menggegerkan seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Penyebaran virus yang sangat cepat berhasil menyabet jutaan nyawa manusia di dunia. Senyawa COVID-19 menghantui setiap langkah manusia dan menjadi musuh setiap orang yang berkeliaran. Makanya, pemerintah menghimbau masyarakat untuk #Dirumahaja agar tetap sehat dan aman. Dengan begitu, pandemi ini diharapkan dapat cepat berlalu.

Di luar perkiraan, hingga saat ini kurva perkembangan kasus COVID-19 tak kunjung melandai. Artinya, kita belum bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya. Padahal, sudah hampir tiga bulan kita menerapkan self-quarantine. Wajar rupanya jika rasa bosan dan penat menghampiri kita karena terlalu banyak rebahan atau hanya berdiam diri saja. Tetapi, bukan berarti kita dimaklumi untuk menghadiri keramaian atau tempat hiburan dengan dalih jenuh di rumah. Kita tetap harus mengikuti anjuran pemerintah demi keselamatan bersama. Toh dengan #Dirumahaja kita menjadi punya lebih banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang mungkin kita lupa atau tidak pernah kita lakukan. Selama ini, waktu kita dihabiskan untuk melakukan kesibukan di luar sehingga membuat kita mengabaikan hal-hal sederhana seperti memperhatikan keluarga dan bahkan diri kita sendiri. Jika sebelum pandemi kita jauh dari keluarga dan sering lupa untuk sekadar mengabari orang rumah, tentunya sekarang kita bisa lebih dekat dengan mereka. Dengan kesempatan ini, kita dapat memanfaatkan waktu kita untuk melakukan quality-time setiap hari bersama keluarga. Mungkin dengan hal-hal kecil seperti duduk bersama, mengobrolkan sesuatu, makan bersama di meja makan, atau menonton televisi di ruang keluarga dapat merekatkan kembali keharmonisan yang sempat pudar. Waktu bersama keluarga yang lebih banyak ini terkadang jarang kita temukan ketika kita sudah terpisah jarak dengan mereka. Selagi ada waktu, kini saatnya kita menebus semua kerinduan yang selama ini mereka harapkan. Kita perlu ingat bahwasanya kebahagiaan mereka datang dari hal-hal sederhana yang kita berikan. Dengan begitu, tali kasih antar-anggota keluarga dapat kita rasakan.

Selain itu, kita juga punya waktu untuk lebih memperhatikan diri kita sendiri. Seringkali kita merasa bahwa diri kita bukan apa-apa dibandingkan teman kita. Kita selalu memuja-muja apa yang dimiliki oleh orang lain dan merendahkan diri kita sendiri. Pencapaian yang orang lain dapatkan, prestasi yang mereka raih, bahkan kecantikan yang mereka miliki terkadang membuat kita merasa tidak percaya diri untuk bersanding dengannya. Kita disibukkan dengan masalah insecurity sampai kita dibutakan olehnya untuk melihat diri sendiri. Kita lupa bahwa hakikat manusia itu sama, kita dilahirkan dengan tak berdaya dan kita sama-sama hidup untuk memperoleh daya. Sesungguhnya kemampuan setiap manusia itu setara, hanya kemauannya saja yang berbeda. Kalau mereka bisa, harusnya kita juga dapat mengusahakan. Setiap manusia juga ditakdirkan untuk memiliki kekurangan dan kelebihan. Tapi kenapa kita hanya tahu kelebihan orang lain tanpa melihat kelebihan kita sendiri? Bahkan, kita terus-terusan menangisi kekurangan kita dan lupa bahwa orang lain juga memiliki sisi gelap dalam hidupnya. Kita selalu melempari pepatah klasik ‘rumput tetangga lebih hijau’ kepada mereka, padahal bisa saja mereka juga berkata demikian pada kita. Itu artinya, kita semua punya kelebihan, hanya penempatannya saja yang berbeda. Tak pantas rasanya mengkhawatirkan hal tersebut apalagi sampai mengutuk diri sendiri. Nampaknya kita perlu waktu khusus atau me time untuk fokus pada diri kita sendiri, bukan fokus pada orang lain. Mungkin selama ini kita melupakan hal tersebut, terutama untuk refleksi diri. Padahal dengan refleksi diri, kita dapat menyadari apa saja yang kita miliki dan sudah kita lalui sehingga kita dapat mengevaluasi kekurangan yang ada pada diri kita. Evaluasi dapat dilakukan dengan mensyukuri apa yang sudah kita miliki dan memperbaiki apa saja dalam diri kita yang mungkin menjadi faktor penghambat kebahagiaan atas diri kita. Kita berhak merasa bahagia dan kita mampu meraihnya. Itulah manfaat #Dirumahaja di tengah pandemi ini. Selalu ada hikmah dibalik musibah. Meskipun begitu, kita juga berharap pandemi ini segera berlalu dan kita dapat kembali beraktivitas secara normal.

Aamiin.

( sumber gambar : id.pinterest.com )

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.