Koperasi dan Problematika Digitalisasi

Pandemi Covid-19 sangat memengaruhi sektor ekonomi hampir di seluruh lini, berbeda dengan krisis finansial lainnya. Pada krisis finansial 1998, UMKM dan koperasi dapat bertahan, menjadi pelindung bahkan pendukung perekonomian Indonesia, berbeda dengan krisis akibat pandemi sekarang. Begitu pemaparan di awal yang disampaikan oleh pembicara pada kesempatan 8 November 2020, berbincang dengan para peserta. Koperasi “Kopma UGM” menghadirkan kembali Sharing Session Gerakan Cinta Koperasi ketiga, untuk Kopmania. “Digitalisasi Koperasi sebagai Langkah Kemajuan di Era Modern” menjadi tema yang diangkat pada sharing session kali ini. Yang dihadirkan sebagai pembicara menemani dan memberikan banyak insight adalah beliau Mohammad Anharulfikri. Mohammad Anharulfikri merupakan Businees Development VIS Indonesia, yang juga sempat menjadi Ketua Umum Kopma UGM pada 2018/2019.

Seperti dipaparkan oleh Mohammad Anharulfikri, bahwa tantangan yang dihadapi koperasi selama pandemi adalah berupa kesulitan dalam operasional, meliputi penagihan hingga pelaporan. Tidak dapatnya berkoordinasi secara langsung dengan anggota atau pengurus membuat koperasi mau tidak mau harus ikut beradaptasi. Di sinilah dianggap perlu dilakukannya digitalisasi terhadap tubuh koperasi sendiri. Pandemi bisa jadi gerbang awal untuk mulainya koperasi menjamah digitalisasi, agar dapat menghindari masalah seperti likuiditas. Kurangnya infrastruktur penunjang serta tidak jarang terjadinya kendala finansial, sangat menjadi tantangan koperasi di Indonesia.

Kehadiran teknologi sangat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Karena kehadirannya, banyak sektor yang bisa mengefisiensikan kerja para anggotanya. Bisa dilihat bahwa semakin banyak bermunculan start up sebagai perusahaan yang memanfaatkan kemudahan teknologi. Akan tetapi, di sini koperasi masih banyak yang tertinggal. Bagaimana koperasi masih menggunakan pencatatan manual, menemui kesulitan pengembangan usaha karena terbatasnya akses, dan juga terkait sumber pendanaan atau pendapatan yang sering kali masih kurang.

PT Visi Indonesia Sentosa saat ini berusaha mengembangkan sebuah platform yang diharapkan dapat membantu koperasi sedikit mulai bergerak ke ranah digital. VIS mengembangkan mobile banking untuk koperasi. Harapannya dengan aplikasi ini dapat membuat data yang bersifat exclusive hanya dapat diterima anggota, dan tidak dinikmati audiens umum, seperti jika menggunakan media sosial. Platform atau aplikasi ini nantinya akan terintegrasi, bersifat otomatis, dan hanya dapat digunakan oleh dukungan data pengurus serta anggota koperasi. Terdapat perbedaan tampilan dan fitur di antara anggota dan pengurus koperasi pada platform.

Platform ini dapat memudahkan kegitan simpan pinjam pada koperasi karena dapat dilakukan secara daring, tanpa terikat ruang. VIS turut ingin membuka akses pemasukan dan pendanaan tambahan dengan berkembang bersama anggota. Ini diwujudkan dengan dibukanya akses pemasukan tambahan dengan mendistribusikan barang lebih murah, berbagi pendapatan dengan dompet anggota, serta disediakannya akses ke Bank Sampoerna untuk sumber pendanaan baru. Pengurangan biaya operasional juga dapat dilakukan dengan otomasi pengiriman dan penjumlahan uang, pengiriman pesan atau pemberitahuan, yang akan mendukung admin menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam persoalan penambahan anggota baru juga sangat dimungkinkan, dengan iklan digital pada platform, proses onboarding yang mudah, dan penyelenggaraan event.

Lantas bagaimana prosedur yang harus dilakukan koperasi mahasiswa ketika hendak bergabung menjadi mitra VIS? Menjadi pertanyaan peserta diskusi, yang selanjutnya dijelaskan oleh pembicara. Bahwa sangatlah mudah ketika koperasi mahasiswa ingin bergabung, karena dipermudah dengan biaya pengembangan, dan syarat lainnya. Yang menjadi tantangan kemudian adalah bagaimana nantinya membuat produk atau sistem informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Bagaimana membuat koperasi mulai bergerak dan memanfaatkan bentuk digitalnya.

Mohammad Anharulfikri percaya bahwa dengan memajukan koperasi, akan dapat mengangkat taraf ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Koperasi dapat meningkatkan daya saing dengan usaha sejenis non-koperasi. Hal-hal operasional harus dapat diefisiensikan untuk bergerak lebih maju, dengan tidak lagi memerhatikan kesulitan pencatatan data yang dilakukan manual. Teknologi dan digitalisasi ada untuk mengatasi hal teknis kecil yang bisa menghambat proses pemajuan. Dengan tidak melupakan bahwa hal utama yang harus dilakukan koperasi adalah terbuka kepada anggotanya. Koperasi dapat mengawasi anggotanya, begitu sebaliknya. Pertanggungjawaban pengelolaan akan membantu koperasi mulai bergerak ke pengembangan dan pembaharuan.

Karena sejatinya ketika ingin mewujudkan digitalisasi harus diawali dengan sosialisasi. Digitalisasi bukan sesuatu yang sangat krusial untuk dilakukan koperasi saat ini. Perkembangan teknologi dan digital bergerak sangat dinamis dan terus terjadi pembaharuan. Bukan tidak mungkin ini bisa saja menyulitkan koperasi kelak. Ini kemudian perihal bagaimana meyakinkan koperasi untuk mulai menjamah bentuk digital, kemudian ikut berkembang seiring dengan perkembangan teknologi.

 

(ayu pratiwi)

 

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.